IKLAN

Sabtu, 26 Juli 2014

KEPAKAN SAYAP ELANG DAN KALKUN

KEPAKAN SAYAP ELANG DAN KALKUN
                Konon disuatu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah dua burung yang berteman baik. Dimanapun mereka berada, keduanya selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.
                Suatu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan”.
                Elang membalas, “Kedengarannya itu ide yang bagus”.
                Jadilah kedua burung itu melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi yang tengah sibuk memakan jagung. Dan ketika memperhatikan bahwa ada elang dan kalkunden sedang berdiri di dekatnya, Sapi berkata, “Selamat datang, silahkan cicipi jagung manis ini”.
                Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa mendapat tawaran berbagi makanan dari binatang lain.
                Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu pada kami?”
                Sapi menjawab, “Oh kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”.
                Mendengar penjelasan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani. Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk mencari makan”.
                Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”
                “Tepat sekali! Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.”
                Elang dan Kalkun kaget bukan kepalang. Mereka belum pernah mendengar hal semacam ini. Mereka selalu harus mencari makan dan bekerja untuk mencari naungan.
                Ketika datang  waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana itu, cocok untuk kita jadikan sarang. Lagipula, saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk mempertahankan hidup.”
                Sejenak Elang ragu dengan dirinya sendiri, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya merasa semua ini sulit untuk dipercaya. Benarkah kita bisa mendapatkan sesuatu tanpa harus membayarnya? Selain itu, saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan, bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya saya menganggapnya sebagai tantangan menarik.”
                Akhirnya, Kalkun memutuskan untuk menetap di tempat itu, dimana tersedia makanan gratis dan juga naungan. Sebaliknya, Elang tetap pada pendiriannya, ia lebih mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang mengepakkan sayap untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana akhir ceritanya.
                Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia memakan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun pada suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari Raya Tranksgiving akan datang beberapa hari lagi, dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.
                Namun ketika Kalkun berusaha untuk terbang, dia menyadari bahwa tubuhnya sudah terlalu gemuk dan berat. Bukannya terbang tinggi, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya tanpa beranjak. Akhirnya di Hari Selamatan Panen, keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging kalkun besar yang harum dan sedap.

               
                Keamanan dan kenyamanan adalah dambaan setiap manusia. Namun jika terlena di dalamnya, ada harga yang harus kita bayarkan, yaitu kemerdekaan. Sebaliknya, tantangan menempa kita menjadi pribadi yang kuat dan berdaulat.
                Dari pada berpuas diri dengan perolehan hari ini, lebih baik bekali hidup ini dengan mengembangkan potensi-potensi yang ada. Inilah yang akan lebih bermanfaat di kemudian hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar