IKLAN
Selasa, 23 April 2013
Senin, 08 April 2013
Allah Mencukupi Semua Kebutuhan Orang Yang Bertawakal Kepada-Nya Penulis: Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji (ISLAM)
Allah
Mencukupi Semua Kebutuhan Orang Yang Bertawakal Kepada-Nya Penulis: Dr.
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
Pernyataan di atas merujuk pada firman Allah yang berbunyi :
'Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya'. (Ath-Thalaq : 3) yaitu yang mencukupinya. Ar-Robi' bin
Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia.
(Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311)
Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang
yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang
memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik
pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya
dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan
melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah
akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan,
dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa'at.
(Taisirul Azizil Hamidh hal. 503)
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi
segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Allah telah banyak
menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk orang-orang yang
bertawakal kepada Allah, antara lain sebagaimana firman Allah :
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar". (Ath-Thalaq : 2)
"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala
baginya." (Ath-Thalaq : 5)
"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (Ath-Thalaq : 4)
"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya),
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh
Allah, yaitu; Nabi-nabi, para hiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
(An-Nisa' : 69)
Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman
Allah : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya." (Ath-Thalaq : 3)
Ibnu Al-Qayyim berkata : Perhatikanlah ganjaran-ganjaran
yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak
diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan
bahwa tawakkal adalah jalan terbaik untuk menuju ke tempat di sisinya dan
perbuatan yang amat dicintai Allah. (Madarijus Salikin 2/128)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. 'Bersabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah,
maka ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika
orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Tuhan), kedua malaikat itu
berkata : Allah telah memberimu petunjuk, jika orang itu berkata : Tiada daya
dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau
telah dilindungi dan dijaga, dan jika orang itu berkata : Aku bertawakal kepada
Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan'. 1)
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan
kepada Amru bin 'Ash yang mengangkat hadits ini kepada Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam beliau bersabda : 'Sesungguhnya di dalam hati anak Adam terdapat
celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Allah pada setiap celah di dalam
hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka
Allah akan mencukupi celah-celah yang ada dalam hatinya itu'. (Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah bab Zuhud : 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa
hadist ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadits ini tertolak)
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : 'Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala
kebutuhannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak
terduga'. (Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir
8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303)
Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana
firman-Nya : 'Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi
orang-orang mukmin yang mengikutimu'. (Al-Anfal : 64), artinya; cukuplah Allah
bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir
Ath-Thabari 10/37), maka kalian semua tak akan membutuhkan seseorang jika
kalian bersama Allah, ini adalah pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga
berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556).
Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan
Ibnu Katsir tak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30). Ada
juga yang mengatakan bahwa artinya adalah : cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah
bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan
dan diikuti oleh An-Nuhas. (Tafsir Al-Qurthubi 8/43)
Ibnu Al-Jauzy berkata : Bahwa yang benar adalah pendapat
yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian
bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa
Ta'ala. (Adlwa'u Al-Bayan)
Ibnu Al-Qayyim berkata : Ini begitu juga dengan pendapat
sebagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengartikan ayat
ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang bisa memberi
kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan
penyembahan hanyalah kepada Allah, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya : 'Dan jika mereka bermaksud hendak
menipu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung). Dialah yang
memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin'. (Al-Anfal : 62)
Lalu dia (Ibnu Al-Qayyim) membedakan antara memberi
kecukupan dengan memberi kekuatan. Yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah
Subhanahu wa Ta'ala semata, sementara yang bisa memberi kekuatan adalah
hanyalah Allah dengan membantunya dan juga bersama hamba-hamba Allah lainnya,
Allah telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta orang-orang yang
bertawakal di antara hamba-hambanya, yang mana Allah mengkhususkan mereka untuk
mendapat kecukupan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah berfirman:
'(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka', maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : 'Cukuplah Allah menjadi Penolong
kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung'. (Ali Imran : 173), dan mereka tidak
pernah mengatakan : cukuplah Allah bagi kami dan Rasulnya.
Jika mereka berpendapat seperti ini dan Allah memuji mereka
seperti itu, maka bagaimana mungkin Allah mengatakan kepada utusan-Nya dengan
mengatakan : Allah dan pengikut-pengikutmu akan memberimu kecukupan, sementara
para pengikut Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan Allah
satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak pernah men-sekutu-kan
Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah memberi kecukupan, bagaimana mungkin mereka
(para pengikut Muhammad) melakukan hal seperti ini ?! ini adalah kemustahilan
yang paling Mustahil dan Kesesatan yang paling sesat.
Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Allah yang
berbunyi : 'Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan
Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata. 'Cukuplah Allah bagi kami,
Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian
(pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada
Allah', (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)'. (At-Taubah : 59)
Maka perhatikanlah, bagaimana Alllah menjadikan kewajiban
untuk mematuhi diri-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya: 'Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia'. (Al-Hasyr : 7), dan menjadikan
kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata, Allah tidak pernah mengatakan : dan
mereka berkata : cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi kami, akan tetapi Allah
menjadikan diri-Nya sendiri satu-satunya yang bersifat memberi kecukupan,
seperti fiman Allah : 'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah'. (At-Taubah : 59), dan Allah tidak pernah mengatakan : 'dan
kepada Rasul-Nya', akan tetapi Allah menjadikan berharap hanya kepada-Nya
semata, sebagaimana firman Allah : 'Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap'. (Asy-Syarh : 7-8)
Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan
hanyalah kepada Allah semata, sebagaimana bahwa ibadah, taqwa dan sujud
hanyalah milik Allah semata, begitu juga dengan sumpah dan bernadzar tidak
diperbolehkan kecuali hanya kepada Allah semata.
Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Allah yang
berbunyi : 'Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya'. (Az-Zumar :
36). Maka yang mencukupi berarti Dia pula yang melindungi, di sini Allah
mengabarkan bahwa hanya Dia seoranglah yang memberi perlindungan kepada
hamba-Nya, sekali lagi bagaimana mungkin Allah menjadikan hambanya para
pengikut Nabi bersama Allah sebagaimana yang memberi kecukupan ?!, dalil-dalil
yang membuktikan kesesatan penafsiran yang merusak ini lebih banyak lagi untuk
disebutkan. (Zaad Al-Ma'ad 1/36-37)
Footnote :
Hadits Riwayat At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga
mengatakan bahwa hadits ini adalah : hadits baik, benar dan asing, kami tak
mengetahuinya kecuali dengan ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah
bab do'a 3886 (2/178), ia berkata di dalam Kitab Az-Zawaid : Bahwa di dalam
sanad hadits ini terdapat Harun bin Abdullah, ia adalah seorang yang lemah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas bab Adab 5073 (13/437), Ahmad dalam
Musnadnya (1/66) yang lebih sempurna dari ungkapan ini. Hadits ini dibenarkan
oleh Al-Albani sebagaimana dalam shahih Al-Jami Ash-Shagir 513, 227 (1/1950).
Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil
Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia
Tawakal & Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal, terbitan Pustaka
Azzam Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tirmidzi.
(suhanda)
Bagaimana Untuk Menjadi Bahagia
BAGAIMANA UNTUK MENJADI BAHAGIA
ADA 18 CARA UNTUK ITU
1.Kejar makanan yang sangat lezat dan harus ku terjang
sampai dapat….!!!!
2. Senyum yang Tulus
3. Berbagi dengan Yang Lain
4. Bantu Tetanggamu
5. Pertahankan Semangat Jiwa Muda
6. Akur dengan yang Kaya, Miskin, Cantik dan Jelek
7. Tetap Tenang di Bawah Tekanan
8. Cairkan Suasana dengan Humor
9. Memaafkan Yang Lain
10. Berteman
11. Bekerjasamalah untuk Menuai Hasil yang Lebih
Besar
12. Hargai Setiap Detik Bersama Yang Tersayang
13. Percaya Diri Tinggi
14. Hormati Yang Kurang Beruntung
15. Sekali-kali Manjakan Diri Sendiri
16. Jelajahi Dunia Maya di kala Senggang
17. Ambil Resiko yang Sudah Diperkirakan
18. Paham Bahwa Uang Bukan Segalanya
Langganan:
Postingan (Atom)