AYAM YANG BUTUH PENGAKUAN
“Kenapa sih,”
kata seorang kaya pada pelayannya, “Orang-orang mengataiku pelit. Padahal semua
orang kan tahu kalau aku wafat nanti, aku akan memberikan semua yang aku punya
pada yayasan sosial dan panti asuhan?!”
“Akan
saya ceritakan kisah tentang ayam dan sapi,” jawab pelayannya.
Seekor
sapi begitu popular, sedangkan sang ayam tidak sama sekali. Hal ini sangat
mengherankan sang ayam. “Orang-orang berkata begitu manis tentang
kelemahlembutan dan matamu yang begitu memancarkan penderitaan,” kata ayam pada
sapi. “Mereka mengira kamu begitu murah hati, karena tiap hari kamu memberi
mereka krim dan susu. Tapi bagaimana dengan aku? Aku memberikan semua yang aku
punya. Aku memberikan daging ayam. Aku memberikan bulu-buluku. Bahkan mereka
memasak dan membuat sup dengan kakiku untuk kaldu. Tidak ada yang seperti itu.
Kenapa sih kok bisa begitu?”
“Apakah
anda tahu apa jawaban sang sapi?” kata pelayan.
Sang
sapi berkata, “Mungkin karena aku memberikannya sewaktu aku masih hidup.”
Kekayaan yang kita miliki tidak sepenuhnya
jerih payah kita sendiri. Tentunya banyak orang lain yang terlibat di dalamnya.
Jadi, mengapa harus menunggu untuk melakukan kebaikan? Dengan apa yang kita
miliki sekarang, kita telah mampu berbuat banyak.
Nikmatilah hidupmu
dengan melakukan hal-hal kecil, karena suatu saat nanti jika menoleh ke
belakang, ternyata hal-hal kecil itu tidak kecil. (Robert Brault)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar